Yvonne Rieger-Rompas

A journey in history with Ipong

Ke Kamang (30 Mei 2012)

Dipublikasikan: 14.02.2020

Daerah Kamang mempunyai sejarah perlawanan terhadap pemerintah Belanda. Pada tahun 1908 terjadi perang Kamang yang disebabkan oleh sistem perpajakan Belanda yang tidak diterima oleh rakyat Kamang.

19 Desember 1948 selain Jogyakarta, Bukit Tinggi diserang oleh Belanda (Clash ke II). Bukit Tinggi saat itu sempat menjadi Ibu Kota Sumatra. Syafruddin Prawira Negara sebagai menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi. Dengan jatuhnya Bukittinggi ketangan Belanda pengungsian besar-besaran terjadi. Banyak masyarakat yang mengungsi kedaerah Kamang yang dikelilingi bukit, ca. 30km dari Bukittinggi.
Bagi tentara Indonesia saat itu Kamang adalah salah satu basis penting untuk
melindungi Koto Tinggi yang menjadi ibukota Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI). Koto Tinggi berada dibalik bukit-bukit di Kamang.
Agar pemerintahan bertahan dan tetap berjalan karena Belanda telah menangkap Sukarno, Hatta dan Sutan Syahrir, Syafruddin Prawira Negara diangkat sebagai Ketua, Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Penerangan dan Menteri Luar Negeri dengan wakilnya T.M. Muh. Hasan sebagai wakil merangkap sebagai Menteri Pendidikan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. (Darwis K. Forum Komunikasi Harimau Kuranji Lintas Sejarah-1994).
Di Sumatra Barat tanggal 19 Desember diperingati sebagai Hari Bela Negara

Sesepuh dan saksi mata, bapak Adnan Sutan Samik (1935) menceritakan bahwa tahun 1948 penduduk setempat menggali lubang perlindungan dibanyak tempat untuk menghindari tembakan pertempuran. Jika penduduk mendengar bahwa tentara Belanda datang, mereka bersembunyi di lubang perlindungan. Namun tentara Belanda mengetahui adanya lubang persembunyian itu dan pemuda yang mereka temukan sedang bersembunyi diperintah untuk keluar atau ditarik dari lubang persembunyian kemudian ditangkap atau ditembak ditempat. Mereka yang melarikan diri kesawah juga ditembak. Tercatat 47 anggota masyarakat dari beberapa desa yang tewas ditembak oleh tentara Belanda. Mereka masih muda belia dan belum berkeluarga. Masyarakat yang tewas dimakamkan kemudian di Makam Pahlawan Kamang.
Usaha tentara Belanda untuk mencari tentara Indonesia yang dipimpin oleh
Kol. Dahlan Jambek di perbukitan di daerah Kamang selalu mendapat
perlawanan dan mengalami kegagalan. Banyak tentara Belanda yang tidak
puas melampiaskan amarahnya dengan membakar rumah-rumah penduduk (23 rumah).