Yvonne Rieger-Rompas

A journey in history with Ipong

Ke Cupak

Dipublikasikan: 15.02.2020

Cupak di Solok, adalah desa yang letaknya diperbukitan tidak jauh dari Indarung dengan pemandangan yang menakjubkan. Akibat serangan-serangan tentara Sekutu dan Tentara Belanda sebelum Agresi Militer Belanda, masyarakat daerah Padang dan sekitarnya demikian juga masyarakat dari Bandarbuat dan Indarung pergi meninggalkan tempat tinggal mereka ke tempat pengungsian antara lain ke daerah Cupak di Solok.

Pada masa revolusi, Solok merupakan salah satu gudang beras, sebagai pensuplai beras untuk kota Padang. Disamping diberikan makanan, disediakan juga tempat menginap bagi para pengungsi. Demikian juga para pejuang yang ikut mengungsi bersama rakyat (Sejarah Perjuangan Kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang dan sekitarnya – Dr. Mestika Zed, M.A. dkk, 2002).

Sejak serangan Agresi Militer kedua (Clash II) masyarakat Cupak mengungsi ke sawah-sawah tempat mereka bertani dimana mereka membangun rumah-rumah darurat.

“Cupak adalah daerah yang dibumihanguskan oleh tentara Belanda pada tanggal 4 Januari 1949 karena tentara Belanda yang bermarkas di Solok mendapat perlawanan dari pejuang Indonesia. Tentara Belanda mengalami kekalahan dan beberapa tentara Belanda tewas. Amarah tentara Belanda dilampiaskan dengan membakar rumah-rumah penduduk.
Solok diduduki oleh tentara Belanda pada tanggal 20 Desember 1948” cerita bapak Bapak Syahrudin Salim(1923),

Setelah membumi hanguskan Cupak tentara Belanda mengadakan patroli ke perbukitan dan persawahan di daerah Cupak. Ibu Rostina (1940) yang saat itu sudah berusia 9 tahun ikut dengan orangtuanya ketempat pengungsian. Ayahnya, bapak Data, yang kadang-kadang menyediakan bekal untuk pejuang Indonesia, tewas ditembak oleh tentara Belanda di tempat pengungsian pada tanggal 4 Januari 1949.

Rumah tradisi di Minangkabau adalah bangunan rumah adat (Rumah Gadang), rumah besar yang ditinggali oleh beberapa keluarga di daerah tempat tinggal mereka.
Ketika masyarakat Cupak ingin kembali ke Rumah Gadang tempat tinggal mereka, rumah-rumah di daerah Cupak habis terbakar. Selain kehilangan keluarga mereka juga kehilangan tempat tinggal. Dalam perjalanan kembali ke markas di Solok, tentara Belanda menembaki setiap laki-laki yang mereka temui di perjalanan.